Rabu, 16 April 2014
Kancil atau disebut juga dengan nama lain Pelanduk, ialah nama umum bagi sekumpulan binatang-binatang mamalia yang memiliki kuku genap yang masuk kedalam anggota marga Tragulus. Kancil atau hewan yang sangat populer di dunia fiksi tersebut adalah kelompok keluarga dari Tragulidae, kancil merupakan binatang yang sekerabat dengan rusa ataupun dengan kijang. Salah satu Fauna Endemik Indonesia ini tersebar di seluruh P. Jawa,ya itu untuk spesies Tragulus javanicus.
 
Tragulus

Nama ilmiah marga ini adalah Tragulus,yaitu berasal dari gabungan dua kata tragos, dari bahasa Yunani yang artinya adalah ‘kambing’, dan akhiran –ulus dari bahasa Latin yang artinya adalah ‘kecil’. Ini sesuai dengan keadaan tubuh kancil yang kirip dengan kambing tetapi berukuran kecil, Kancil yang sudah berusia dewasa ukuran tubuhnya lebih kurang sama dengan kelinci dewasa. Habitat dari kancil ini ialah di hutan hujan tropis di benua Asia Tenggara, yaitu termasuk Indonesia, dan kancil ini termasuk salah satu ungulata yang paling kecil yang ada di dunia. Kancil atau pelanduk dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan mouse-deer atau di sebut juga dengan chevrotain (sebetulnya dipinjam dari bahasa Perancis).


Tragulus

kancil adalah binatang yang mirip dengan rusa, hanya saja ukuran kancil jauh lebih kecil dan tidak memiliki tanduk. Tungkai yang di miliki kancil berbentuk ramping dan bentuk punggung kancil sangat melengkung. kancil jantan memiliki gigi taring yang panjang di rahang atas hingga menonjol keluar bibirnya.

Panjang kepala sampai badan kancil yaitu antara 195–600 milimeter, dan panjang kaki belakang kancil adalah sekitar 110–150 milimeter. Warna dari kancil adalah kecokelatan, dengan garis-garis cokelat dan putih agak kehitam-hitaman yang membujur di dada dan tenggorokanya,serta dengan garis hitam di bagian tengkuknya.

Spesies dari kancil menyebar terbatas di Benua Asia Tenggara, mulai dari Vietnam, Laos, Cina selatan (Yunan bagian selatan), Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand, Palawan di Filipina hingga Sumatera, Jawa, Kalimantan.Pada umumnya hewan-hewan kancil atau pelanduk ini aktif di waktu malam (nokturnal), memakan dedaunan, rerumputan, buah, dan bagian-bagian tumbuhan lainnya di dapat di dasar hutan yang lebat dengan tumbuh-tumbuhan. Kancil hidup menyendiri (soliter) atau berpasangan.

Sebelumnya, walaupun variasinya cukup beragam, masyarakat ilmiah mengelompokan kancil hanya ke dalam dua spesies, yaitu napuh (Tragulus napu) yang bertubuh agak besar, dan kancil (T. javanicus) yang memiliki ukuran badan lebih kecil. Namun pendapat terbaru pada tahun 2004 menyebutkan lain. Dua spesies "baru" dipisahkan dari T. napu, yakni T. nigricans dan T. versicolor, dan dua yang lain juga dipisahkan dari T. javanicus, yaitu T. kanchil dan T. williamsoni. Spesies-spesies yang terakhir ini telah pernah dideskripsi di waktu dahulu, namun selama ini hanya dianggap sinonim dari dua spesies sebelumnya.

Enam spesies berikut:

Pelanduk napu (Tragulus napu), menyebar luas
Pelanduk filipina (Tragulus nigricans), terbatas di Balabac, Palawan
Pelanduk jawa (Tragulus javanicus), endemik (terbatas) di P. Jawa
Pelanduk kancil (Tragulus kanchil), menyebar luas
Pelanduk wiliamson (Tragulus williamsoni), terbatas di Thailand utara dan mungkin juga di Yunan selatan.
Pelanduk vietnam (Tragulus versicolor), terbatas di Vietnam bagian tenggara

Data Klasifikasi Ilmiah Kancil

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Tragulidae
Genus: Tragulus
Read More >>
Komodo, atau yang selengkapnya diberi nama biawak komodo yaitu binatang dengan nama latin Varanus komodoensis, ialah spesies kadal yang paling besar di dunia yang hidup di Pulau Komodo, Pulau Flores, Pulau Gili Dasami, dan Pulau Gili Montang di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga dipanggil dengan nama setempat ora. Kadal Raksasa ini merupakan Fauna Endemik Indonesia yang merupakan fauna Khas Nusa Tenggara Timur.

Varanus komodoensis


Kadal besar ini masih termasuk anggota famili biawak klad Toxicofera dan Varanidae, komodo merupakan kadal yang paling besar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukuran Biawak Komodo yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yaitu laju metabolisme komodo yang kecil dan kecenderungan meraksasanya tubuh binatang-binatang tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, . Karena besar tubuhnya, kadal ini menempati posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempat Biawak Komodo hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Reputasi Biawak Komodo yang mengerikan dan tubuh Biawak Komodo yang besar membuat kadal besar ini populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas banyak berkurang akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan Reptil raksasa ini sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak Komodo kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan juga sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, dibangun untuk melindungi mereka.

Varanus komodoensis


Di alam bebas, Biawak Komodo dewasa biasanya mempunyai berat sekitar 70 kilogram, namun Biawak Komodo yang dipelihara di penangkaran sering mempunyai berat tubuh yang lebih besar. Spesimen liar yang paling besar yang pernah ada mempunyai berat sekitar 166 kilogram dan panjang mencapai 3.13 meter, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perut Biawak Komodo. Meski komodo tercatat sebagai kadal yang paling besar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).

Komodo mempunyai ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan kurang lebih 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang kurang lebih 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. situasi ini menciptidakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.

Komodo mempunyai lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap hingga seperti merah batu bata, untuk komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan mempunyai potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.

Komodo tidak mempunyai indera pendengaran, meski mempunyai lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya mempunyai sel kerucut, binatang ini agaknya tidak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tidak bergerak.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan saat berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sampai dengan 4 - 9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak mempunyai sekat rongga badan. binatang ini tidak mempunyai indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.

Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, mempunyai sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di dekat telinga, bibir, dagu dan tapak kaki mempunyai tiga sensor rangsangan atau lebih.

Komodo pernah dianggap tuli waktu penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkam gangguan (agitasi) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian saat karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga saat ia tidak terlihat oleh si biawak.

Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di Pulau Komodo,Pulau Flores dan Pulau Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo ialah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak.

Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter, serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang.Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.

Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas.Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran binatang penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.

Komodo ialah binatang karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Pada waktu mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, binatang ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.

Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tidak disentuh.

Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak sangat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah.

Untuk menghindari agar tidak tercekik ketika menelan, komodo bernapas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan.

Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk mempercepat proses pencernaan dan sekedar untuk berjemur. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan.

Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel, perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.

Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut hirarki. Jantan yang paling besar menunjukkan dominansinya melalui bahasa tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.

Mangsa biawak komodo sangat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tidak dapat digali komodo.

Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah hidup di Flores. Komodo juga pernah teramati waktu mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa, suatu perilaku yang juga didapati pada predator besar di Afrika.

Karena tidak mempunyai sekat rongga badan, komodo tidak dapat menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, lalu mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya.

Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan mempunyai semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan binatang-binatang ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.

Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.

Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang sangat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.

Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga mempunyai aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi.

Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya ialah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium.Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.

Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletidakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar waktu bersiap untuk bertempur.

Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini ialah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat.Kopulasi terjadi pada saat jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.

Betina akan meletidakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya hingga menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan pada waktu dimana terdapat sangat banyak serangga

Proses penetasan ialah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Waktu menetas, bayi-bayi ini tidak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.

Biawak Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya ialah biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan tiga sampai dengan lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.

Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.

Sungai, seekor komodo di Kebun Binatang London, telah bertelur pada awal tahun 2006 setelah dipisah dari jantan selama lebih dari dua tahun. Ilmuwan pada awalnya mengira bahwa komodo ini dapat menyimpan sperma beberapa lama hasil dari perkawinan dengan komodo jantan pada waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal dengan istilah superfekundasi.


Data Klasifikasi ilmiah Biawak Komodo

Nama Ilmiah: Varanus komodoensis
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Upaordo: Autarchoglossa
Famili: Varanidae
Genus: Varanus
Spesies: V. komodoensis
Read More >>
Kanguru Pohon Mantel Emas, adalah binatang dari kerajaan animalia dari kelas mamalia dengan nama ilmiah/nama latinnya yaitu Dendrolagus Pulcherrimus, fauna yang merupakan ordo diprotodontia ini adalah fauna khas dari pulau irian. binatang dengan rambut halus, pendek dengan warna coklat muda ini adalah genus dari dendrolagus. ciri-ciri warna dari kanguru pohon jenis mantel emas ini adalah pada pipi, leher dan kakinya berwarna kekuning-kuningga sehingga terlihat berwarna keemasan, pada bagian bawah perutnya berwarna lebih pucat dan terdapat dua garis berwarna keemasan di bagian punggungnya, Ekor dari binatang ini tidak berprehensil, bermotif cincin dengan warna yang lebih terang dan panjang.

Dendrolagus pulcherrim


Kanguru Pohon Mantel Emas ini mirip dengan upspesiesnya yaitu Kanguru Pohon Hias, hanya saja terdapat perbedaan pada warna muka yang lebih cerah agak merah muda, pundak terlihat keemasan, dan telinga berukuran kecil dengan warna putih.

Dendrolagus pulcherrim


Kanguru mantel Pohon Emas ini pertama kali ditemukan pada tahun 1990 di Papua new Guinea, yaitu tepatnya ditemukan oleh Pavel German di Pegunungan Torricelli, tepatnya adalah di gunung Sapau, sedangkan Pada bulan desember 2005 telah ditemukan populasi lainya di daerah Pegunungan Foja, Papua. yang mana untuk saat ini fauna endemik indonesia yang lucu ini merupakan spesies mamalia besar baru di negara Indonesia

Data Klasifikasi ilmiah Kanguru Pohon Mantel Emas


Nama Latin : Dendrolagus pulcherrim
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Infrakelas : Marsupialia
Ordo : Diprotodontia
Famili : Macropodidae
Genus : Dendrolagus
Spesies : D. pulcherrimus
Read More >>
Selasa, 15 April 2014
Penyu Hijau, adalah binatang amphibi dengan nama latin Chelonia mydas. Penyu besar ini adalah jenis penyu dari famili Cheloniidae, penyu hijau ini merupakan satu-satunya spesies dari golongan Chelonia, yang mana mereka hidup disemua laut subtropis dan lautan tropis. Penyu hijau banyak terdapt di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik, yang mana kedua samudra tersebut adalah merupakan lautan tropis dan juga subtropis. Nama Penyu Hijau sendiri diambil dari lemak dari bawah cangkang penyu ini yang mana lemak tersebut berwarna hijau

Chelonia mydas

Penyu hijau merupakan salah-satu binatang dengan protein tinggi dan juga di minati oleh manusia bukan untuk dikonsumsi, tapi cangkang dari penyu hijau ini bisa menjadu hiasan yang cantik, jadi tidak heran jika penyu hijau ini semakin langka dan berkurang jumlahnya. untuk melestarikanya penyu hijau ditangkarkan di Suka Buni khususnya di Ujung Genteng

Chelonia mydas


Data Klasifikasi ilmiah Penyu Hijau


Nama Latin : Chelonia mydas
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Testudines
Famili: Cheloniidae
Genus: Chelonia
Spesies: Chelonia mydas
Read More >>
Minggu, 13 April 2014
Rangkong papan adalah salah satu jenis burung endemik Indonesia dengan nama latin atau nama ilmiah Buceros bicornis. Famili dari Bucerotidae yaitu merupakan spesies terbesar dibandingkan dengan spesiesnya yang lain. Ukuran dewasa burung khas Pulau Sumatra ini tergolong sangat besar, yaitu dengan panjang sampai dengan 160cm.

Buceros bicornis


Rangkong Papan ini memiliki tanduk berwarna kuning sampai hitam di atas parunya yang besar dengan warna kuning tersebut. dengan warna dasar hitamnya, burung ini memiliki kulit muka berwarna hitam dan bulu pada leher dengan warna kuning agak kecoklatan. sedangkan pada bulu ekor berwarna putih di padukan dengan warna hitam tebal pada bagian tepi. Walaupun terlihat kokoh sebenarnya tanduk pada burung rangkong ini memiliki rongga di dalamnya. Pada umumnya bentuk fisik dari Rangkong Papan Jantan berukuran lebih besar daripada Rangkong Papan Betina.

Penyebaran rangkong papan tersebar luas di seluruh hutan tropis di wilayah Indocina, Semenanjung Malaysia, Bhutan, Nepal, India, Republik Rakyat Tiongkok dan di Indonesia sendiri terdapat di Pulau Sumatra.

Buceros bicornis



Burung Rangkong Papan membangun sarang didalam lubang pohon pada saat ia akan bertelur ataupun sekedar hanya untuk berteduh. Burung Rangkong Betina akan masuk dan mengurung diri dengan tubuh tertutup lumpur pada saat ia akan bertelur, Burung Rangkong ini termasuk burung omnivora, karena burung rangkong memakan buah-buahan dan juga binatang seperti serangga, burung yang lebih kecil dan juga reptil. Sama halnya denga burung merpati, burung rangkong ini setia terhadap pasanganya dan akan berpasangan hanya denga seekor lawan jenisnya saja.

Data Klasifikasi ilmiah Rangkong Papan

Nama Latin : Buceros bicornis
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Coraciiformes
Famili: Bucerotidae
Genus: Buceros
Spesies: B. bicornis
Read More >>
Anoa pegunungan, adalah salah satu spesies dari dua jenis species anoa di Negara Indonesia, Nama lain dari binatang yang berasal dari kerajaan animalia ini antara lain adalah Mountain Anoa, Berganoa, Anoa de Montagne,Anoa de Montaña, Anoa de Quarle. Anoa pegunungan adalah binatang dari orde Cetartiodactyla, dengan upordo Ruminantia dan masih famili dari Bovidae.

Mountain Anoa, Berganoa, Anoa de Montagne,Anoa de Montaña, Anoa de Quarle


Bentuk fisik dari Anoa Pegunungan ini yaitu dengan panjang 122-153 centimeter dihitung dari ujung kepala sampai kaki dengan tinggi bahu kurang dari 75 centimeter,ekor anoa pegunungan bisa mencapai 27 centimeter, sedangkan bobot ukuran dewasa kurang lebih masih di bawah 150 Kilogram. Pada umumnya bulu dari anoa pegunungan ini sangat tebal dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Perbedaan warna dari pejantan dengan betina adalah dengan melihat kecerahan warna bulunya, untuk pejantan biasanya terlihat lebih gelap dari betinanya. bentuk ekor pada anoa relatif terlihat pendek. tidak seperti Banteng Jawa, tanduk anoa jantan dengan betina memiliki ciri yang sama, yaitu lurus, pendek dengan sudut yang mengarah kebelakang dan bisah tumbuh mencapai 15-20 centimeter.

Mountain Anoa, Berganoa, Anoa de Montagne,Anoa de Montaña, Anoa de Quarle


Di Indonesia Anoa pegunungan banyak terdapat di Pulau Buton dan Pulau Sulawesi, karena disana banyak terdapat hutan hujan yang disukai oleh hewan tersebut, anoa pegunuan biasa mandi di kubangan lumpur seperti kerbau liar dengan tujuan untuk mendapatkan kandungan mineral dari lumpur tersebut. binatang yang aktif di pagi hari ini bisa menggali tanah dengan tanduknya, yaitu untuk tempat dia beristirahat dibawah pohon besar ataupun di dekat bebatuan besar yang teduh.

Data Klasifikasi Ilmiah Anoa Pegunungan

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Cetartiodactyla
Upaordo : Ruminantia
Famili : Bovidae
Upafamili : Bovinae
Genus : Bubalus
Read More >>
Sabtu, 12 April 2014
Banteng, atau dalam bahasa jawa biasa di sebut dengan tembadau adalah binatang dari kerajaan animalia yang masih satu kerabat dengan sapi. binatang denga nama latin Bos Javanicus ini tersebar di seluruh Indocina yaitu khususnya ada di Bali, Jawa, Kalimantan, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja dan juga di Myanmar. pada saat kolonisasi di Britania Rasa sebagian banteng dibawa ke Australia, tepatnya ke Australia Utara pada tahun 1849 yang masih lestari hingga saat ini.

Bos Javanicus


Banteng terbagi menjadi tiga anak jenis, yaitu Bos Javanicus Javanicus dimana banteng Bos Javanicus Javanicus ini tersebar di Bali, Jawa dan Madura. kemudian yang kedua adalah Bos Javanicus Lowi, yaitu tersebar di Kalimantan dengan pejantan berwarna coklat. Ketiga adalah Bos Javanicus Birmanicus yang mana anak jenis ketiga ini merupakan Banteng yang terancam punah berdasarkan ketetapan dari IUCN

Bentuk fisik dari banteng adalah dengan tinggi yang bisa mencapai 1,6 meter pada bagian pundak dan dengan panjang tubuh sekitar 2,3 meter, untuk berat banteng jantan sendiri bisa mencapai bobot 680 - 810 kilogram bahkan untuk banteng jantan yang sangat besar bisa mencapai bobot 1 (satu) ton. Pada banteng jantan dan betina memiliki perbedaan dari sistematik luar antara jantan dan betina, atau biasa disebut dengan dimorfisme seksual.
 
Bos Javanicus

Banteng jantan memiliki warna biru hitam ataupun ada juga yang coklat gelap, bentuk tanduk dari banteng jantan melengkung keatas dan panjang mengarah ke punuk. untuk banteng betina umumnya berwarna coklat agak kemerahan, untuk betina memiliki tanduk lebih tidak sepanjang banteng jantan dan tanduknya lebih menghadap kedalam dan tidak kepunuk. ciri-ciri lain dari banteng adalah dengan warna putih pada bagian mata, moncong, kaki bagian bawah dan daerah sekitar pantat.

Banteng adalah herbivora yang memakan rerumputan, bambu, daun-daunan dan juga beberapa jenis buah maupun ranting yang masih muda, pada umumnya banteng aktif pada siang ataupun malam hari, tetapi jika mereka sudah terbiasa dirawat oleh manusia dan tinggal di pemukiman penduduk mereka bisa beradaptasi dan hidup sebagai binatang yang aktif pada siang hari sebagai hewan nokturnal. banteng biasanya berkelompok dengan anggota kawanan sekitar dua puluh sampai tigapuluh ekor.

Data Klasifikasi ilmiah Banteng

Nama Latin : Bos javanicus
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Upafamili : Bovinae
Genus : Bos
Spesies : B. javanicus
Read More >>
Kamis, 10 April 2014
Babirusa adalah binatang yang berasal dari kerajaan animalia dari filum Chordata dan klasifikasikan dengan kelas mamalia. binatang ini merupakan ordo dari Artiodactyla dan Babirusa masih merupakan famili dari suidae yang ber-genus Babyrousa, spesies Babirusa sendiri terbagi menjadi empat, yaitu Babyrousa babyrussa, Babyrousa bolabatuensis, Babyrousa celebensis dan spesies Babyrousa togeanensis.Untuk menghindari para predatornya Babirusa lebih memilih untuk mencari makan mada malam hari karena kebanyakan predator dari Babirusa ini cenderung lebih aktif pada siang hari.

Babi


Ciri fisik dari Babirusa adalah dengan panjang tubuh 87 cm sampai 106 cm, tinggi rata - rata dari Babirusa adalah sekitar 65 cm - 80 cm dan berat tubuh dari Babirusa ini bisa mencapai 90 kilogram, Babirusa biasanya hidup dengan cara berkelompok dengan babi rusa jantan terkuat yang di jadikan sebagai pemimpin mereka, walaupun dasarnya sifat dasar dari Babirusa adalah binatang yang pemalu.


Babi


Pada umumnya Babirusa adalah pendiam dan terlihat jinak, tapi mereka bisa jadi buas saat mereka merasa terganggu, bentuk taring yang menghadap keatas dan melengkung ke belakang berguna sebagai senjata dan juga untuk melindungi mata Babirusa saat masuk kesemak belukar yang penuh duri, saat melahirkan Babirusa tidak seperti babi biasa, mereka hanya bisa melahirkan satu sampai dua ekor anak babi setiap satu kali melahirkan. waktu kehamilan Babirusa adalah sekitar 125 hari sampai 150 hari, dan setelah anak Babirusa lahir mereka akan di susui oleh induknya selama satu bulan, sebelum mereka harus mencari makan sendiri di alam bebas.

Data Klasifikasi ilmiah Tentang Babirusa


Kerajaan : Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Mammalia
Ordo :Artiodactyla
Famili :Suidae
Genus :Babyrousa
Species :Babyrousa babyrussa, Babyrousa bolabatuensis, Babyrousa celebensis, Babyrousa togeanensis
Read More >>
Rusa bawean atau dalam bahasa latin disebut dengan Axis kuhlii, adalah binatang yang sejenis dengan rusa. spesies rusa bawean merupakan Fauna Endemik Indonesia yang hanya bisa di temui di Pulau bawean, dimana pulau tersebut berada di tengah - tengah laut jawa tepatnya di Kabupaten Gresik - Jawa Timur.

Rusa Bawean


Jumlah populasi dari rusa bawean yang masih tersebar di alam bebas ini hanya sekitar 300 ekor saja, oleh karena itu IUCN, yaitu lembaga yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, menyatakan bahwa mamalia ini sudah di kelompokan menjadi binatang yang terancam punah


Pola hidup rusa bawean ini biasanya mereka hidup dalam kelompok kecil dengan anggotanya yang terdiri dari induk (Rusa Betina) dan anak anaknya, ataupu ada juga Rusa jantan yang ikut dengan Rusa Betina, karena mereka adalah binatang nokturnal, jadi aktifitas mereka paling banyak mereka lakukan di malam ,termasuk untuk mencari makan

Rusa Bawean



Ciri - Ciri Fisik Rusa Bawean


ciri - ciri fisik dari rusa bawean ini adalah umumnya berwarna cokelat untuk pejantan rusa ini memiliki tanduk yang bercabang tiga dengan panjang mencapai 25 cm sampai dengan 47 cm dimana tanduk ini berguna untuk menarik perhatian dari rusa betina pada saat musim kawin. Tinggi dari herbivora ini kira - kira antara 60-70 cm dengan panjang ekor sekita 20 cm.

Data Klasifikasi ilmiah Rusa Bawean

Nama Latin : Axis kuhlii
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Upaordo : Ruminantia
Famili : Cervidae
Upafamili : Cervinae
Genus : Axis
Spesies : A. kuhlii
Read More >>

Informasi Tentang Kuskus Beruang

 

Kuskus beruang adalah binatang asli fauna endemik Indonesia tepatnya adalah fauna khas Sulawesi. Binatang yang sekilas mirip dengan beruang ini berasal dari kerajaan animalia yang merupakan hewan marsupial yang berasal dari keluarga Phalangeridae karena mereka adalah termasuk binatang arboreal, jadi mereka cenderung menghabiskan waktu di pepohonan.

Kuskus

Binatang dari filum Chordata ini bisa di temukan di kawasan hutan hujan tropis, dimana hutan hujan tropis lebih banyak mendapatkan curah hujan, sehingga lebih banyak di tumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang pada akhirnya akan di sukai oleh binatang seperti kuskus beruang ini.

Bagi para ilmuan kuskus beruang ini digolongkan kedalam satu spesis yang di sebut dengan A. uranius di sebut juga sebagai melanotis. pada dasarnya penyebaran binatang bernama latin Ailurops ursinus bisa di temukan di Indonesia, itupun tidak di semua pulau, dimana. dimana untuk pertama kalinya binatang ini di temukan di Pulau Sulawesi pada saat miosen.

Kuskus

Data Ilmiah Kuskus Beruang:  

Nama : Kuskus Beruang
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Infrakelas : Marsupialia
Ordo : Diprotodontia
Famili : Phalangeridae
Upafamili : Ailuropinae
Genus : Ailurops
Tipe spesies : Phalangista ursina
Species : Ailurops melanotis, Ailurops ursinus
Read More >>

Arsip

Entri Populer

Facebook Kami